Wednesday, August 17, 2005

dying .. to wake up without you

I'm dying, to wake up without you

Judulnya sih begitu, tapi kenyataannya semakin lama gue ada disini, gue makin dying. Semakin dekat, dan semakin sekarat. Sekarang udah gak ada will to live anymore. Tapi untungnya masih ada yang bisa bikin gue kuat sekarang. Gue gak tau sampe kapan gue akan stuck disini, alone. I'm with you, but I'm still alone.
Gue menjadi orang yang sangat sangat rapuh. Dalam batin, juga fisik gue. Gue menjadi sedemikian fragile. Dalam setiap hal kecil yang kembali dia lakukan ke gue, biarpun tanpa sepengetahuan gue, tapi otak dan indera gue memaksa gue untuk tahu, dan itu benar benar membunuh gue pelan pelan. Untuk setiap hal yang dia lakukan, semakin mengurangi detak di jantung gue. Semakin mengaburkan perasaan. Dan again, gue menjadi lemah. Gue gak sanggup untuk survive. Gue menjadi sedemikian mudahnya untuk jatuh, lebih mudah dari sebelumnya. Mudah untuk kolaps. Dan guepun semakin kasihan ama diri gue sendiri. Terlalu lemah. Gak gue banget. Sebulan terakhir ini semuanya makin getting worst. Semua perasaan yang ada di dada gue all turning black, turning into hatred. Lebih sakit daripada bulan Maret lalu, dimana gue merasa gak akan ada perasaan yang lebih sakit daripada waktu itu. Tapi, nyatanya, he make me even worst.
Segala kehilangan yang gue rasakan sekarang, is it all just because of me?
Dia adalah orang yang gak bisa gue bayangin sebelumnya, when I met him again last April. He treated me even better than before. Dia benar benar bersedia untuk menunjukkan dia berubah menjadi lebih baik, supaya gue mau kembali. Since that day, he gave me blossom almost everyday. Caranya mengungkapkan maaf, matanya yang tulus, kecemburuannya saat gue bersama orang lain, dan dia benar benar bisa menghargai keberadaan gue setiap gue disampingnya. Tatapan matanya dia saat mengajak gue untuk berbicara banyak, membuat gue merasa didengarkan, merasa dihargai, merasa
punya seseorang. Caranya mengungkapkan keinginannya untuk tetap ada disamping gue, even saat waktu udah gak mengijinkan kita untuk bicara. Matanya yang berat setiap akan pergi pulang. Dan kemudian diucapkan ketidak sabarannya untuk bertemu gue lagi esok harinya. Semua membuat gue percaya, membuat gue melupakan semua rasa sakit hati yang sebelumnya dia tumpahkan ke gue. Dan gue memberanikan diri untuk menerima dia kembali, dan kembali mengusung angan untuk menikah.

Tapi semuanya kembali seperti dulu. Gue kembali dibohongi, dari bohong yang kecil, sampe diselingkuhi dari belakang. He said that it's all my fault. Salahkah bila gue merasa sakit dan marah saat dia kembali lebih sibuk ngurusin orang lain dibanding pacarnya sendiri?? And he said it's my fault... All my fault. All my fault ... Is it??

Saat dia lemah dan sendirian, gue selalu ingin ada untuk ngurusin dia. Tapi dalam kelemahan dan kesendirian gue sekarang, kemana dia?? Aku sekarat, untuk bangun tanpa menemukan kamu disini.

Kamu .. bukan kamu yang sekarang. Aku rindu kamu, yang dulu.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home