Menamakan Tragedi

Seorang teman menuliskan ini di blognya untuk saya :
Sungguh menyedihkan memiliki seseorang yang sebenarnya tak termiliki.Kepedihan itu akan terus menghantuimu.Hingga akhirnya kau bersedia melakukan apa saja untuk tetap mengikatnya.Tapi ikatan itu hanyalah kesemuan. Mengapa tak kau bebaskan saja ia?Lelaki dengan carut luka dan sayap yang tak henti berkepak,terus berkicau tentang kembaranya dengan malaikat-malaikat lain.Setiap katanya gores batinmu yang rapuh. Tetes air matamu tak akan pernah ia tampung,seerat apapun ikatan yang kau kenakan padanya.Karena ia berkata kau bukanlah kekasihnya, kau hanya seseorang yang kebetulandan terpaksa terikat dengannya. Cinta itu bukan untukmu.Cinta itu adalah untuk dirinya sendiri, dan seseorang entah siapa yang hanya adadalam angannya. Sedangkan dirimu adalah pencinta.

Saya jatuh dan menangis meratapi kegetiran yang luar biasa hebatnya dalam dada saya ...

Saya tuliskan kembali komen :
saat ada hati-hati kecil yang harus dijaga .. haruskah kita lepaskan tanggung jawabnya???ingin saya melepaskan diri .. dari cincin-cincin yang merekang di jari manis saya,mengunci pembuluh darah saya ..tapi ada sebuah hati kecil yang harus saya jaga ..seorang malaikat kecil tanpa dosa
tak terpikir oleh saya ..dulunya saya adalah wanita kecil tak berdaya yang menari di pikirannya ..sekarang saya hanya maya, yang terpenjara oleh sebuah cincin emas

Saya melepaskan hari ini dengan rasa sakit yang luar biasa, sakit yang belum juga mulai terbiasa
Bahwa surga masih terlalu jauh untuk kurengkuh. Sebagaimana aku mencoba setengah matiku untuk menjemput taubat. Astaghfirullah al azhieeemm ... Astaghfirullah al azhieeemm ... Astaghfirullah al azhieeemm ... Saya dengungkan lamat-lamat disela isak. Ingin rasanya saya mencapai keatas sana, mencium harum alas kakiNya, tobat ya Tuhanku ..
Seberapapun saya katakan bahwa saya siap untuk menerima semuanya, saya masih jauh dari lemah untuk itu semua.
Saya masih terlalu rapuh, too fragile !!